Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Jumat, 26 September 2014

Bulan Dzulhijjah: Bulan Pengorbanan



Saat ini, kita telah memasuki bulan Dzulhijjah dalam kalender Hijriyyah, dimana pada bulan ini kita mengorbankan apa yang kita cintai untuk dipersembahkan kepada Allah.

Dan di bulan Dzulhijjah ini ada beberapa syariat yang dilakukan oleh kita sebagai muslim yaitu shalat Idul Adha dan Qurban. Namun, yang dibahas dan menjadi topik utama di sini adalah tentang Qurban.

Saat ini masih banyak di antara umat Islam yang belum mengerti tentang ibadah Qurban ini. Ada yang menyangka bahwa Qurban itu cukup dilakukan sekali seumur hidup sebagaimana Haji. Karena pemahaman yang tidak tepat ini akhirnya banyak yang hanya melaksanakan Qurban sekali seumur hidupnya, walaupun setiap tahun mampu melakukannya.


Bagi mereka yang memahami inti dari Qurban, maka di dalam ibadah ini terdapat nilai pendidikan yang amat tinggi. Sebenarnya yang dipentingkan dalam ibadah ini bukan hewan atau penyembelihannya, tetapi makna di balik penyembelihan.

Kita diajari oleh Allah agar menghilangkan sifat egois, kita harus membuang jauh-jauh sifat ini. Qurban adalah latihan agar membiasakan diri memperhatikan orang lain, menghilangkan sifat kikir dan pelit, serta menghilangkan sifat hewani yang ada dalam diri kita.

Namun, satu hal yang paling penting dalam Qurban ini bahwa kita sedang latihan untuk ikhlas. Maksud ikhlas di sini adalah menerima apa yang kita korbankan untuk beribadah atau taat kepada Allah.

Mengapa? Karena saat ini banyak umat (yang mengaku) Islam ketika dalam berqurban selalu banyak keluhan. Diantaranya adalah hewan qurbannya harus besar, tetapi harganya murah. Sehingga ketika dia sudah membeli apa yang dia inginkan itu bukan ikhlas skapnya, melainkan riya'. Dan kita harus berhati-hati terhadap sikap riya ini karena jika amalan qurban itu dilakukan dengan demikian maka sia-sialah apa yang dia kurbankan.

"Daging-daging (unta) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (ridha) Allah, tetapi ketakwaanmu yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj: 37)

Dalam ayat di atas jelas bahwa Allah tidak menilai bagusnya persembahan kita, bagusnya hewan qurban kita akan tetapi Allah melihat keikhlasan kita dalam mengorbankan harta yang kita cintai, sehingga berdampak pada ketaqwaan.

Dalam Al-Qur'an, kita bisa melihat sejarah bagaimana kedua anak Adam (Qabil dan Habil) berqurban: "Dan ceritakanlah kepada manusia kisah dua orang anak adam menurut yang sesungguhnya tatkala keduanya melakukan qurban. Qurban salah seorang darinya diterima, sedangkan seorang lagi ditolak. Maka yang ditolak kurbannya itu (Qabil) berkata kepada saudaranya (Habil): 'Aku akan bunuh engkau'. Saudaranya menjawab: Sesungguhnya Allah hanyalah menerima (qurban) orang-orang yang taqwa.” (QS Al-Maidah: 27)

Qabil (karena tidak ikhlas) memilih buah-buahan yang sudah busuk, sayuran yang sudah kering, dan hasil pertanian yang jelek. Adapun Habil memilih domba yang paling besar, gemuk dan sehat untuk dijadikan sebagai qurban dengan penuh keikhlasan.Dari sini, Allah bukan berarti melihat bagusnya barang, tetapi ikhlas atau tidaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar